Jumat, 23 Januari 2015

Sasha grey

           Ini nih musik yang belakangan ini saya suka. Bisa buat ajib2 dikamar sambil ngerjain tugas atau bersantai. Ini salah satu remix-an nya dj Sasha Grey. Dari semua remikannya yang pernah ku dengar baru ini yang paling aku suka.

Ragam Hias Tenun Ikat Donggala Sulawesi Tengah



I
Pendahuluan
Kepulauan Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau yang membentang dari sabang hingga merauke. Setiap daerah memiliki tekstil tradisi dan ciri khasnya masing-masing terutama pada corak ragam hias yang sarat makna dan simbolis. Berbeda pada kain tenun Donggala, ragam hias yang terdapat pada tampilan visualnya tidak mengenal nilai simbolis dari corak ragam hias. Sealin itu ragam hias yang dipakai juga tidak membedakan status sosial pemakainya.
            Di pulau Sulawesi, daerah yang berbeda secara geografis, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah, mempunyai perbedaan sosio budaya yang cukup besar. Pusat-pusat pelabuhan terdapat didataran rendah seperti Manado di Sulawesi utara, pelabuhan Donggala di Sulawesi Tengah, Buton di Sulawesi Tenggara, hingga pelabuhan Makasar di Sulawesi Selatan. Melalui daerah-daerah tersebut masyarakat setempat maupun pendatang, yaitu masyarakat dari kepulauan terdekat maupun para pedagang Nusantara, saling bertemu dan berhubungan.
Dalam perkembangan orang Bugis yang menetap di Donggala, Sulawesi Tengah, dan Samarinda, Kalimantan Timur, mengembangkan kain tenun Bugis yang disesuaikan dengan keadaan local. Hasil akhir sarung ini kemudian dinamai sesuai nama tempatnya, misalnya kain tenun Donggala dan kain tenun Samarinda. Kain tenun Donggala telah ada sejak ratusan tahun silam.  Kain tradisional dari Kabupaten Donggala itu telah dikenal secara nasional meski namanya tidak seharum batik yang telah ditetapkan menjadi kain busana nasional.
Mula-mula orang Bugis menenun untuk memenuhi kebutuhan di ingkungan keluarga. Kai n sarung dibuat untuk dipakai sehari-hari, menghadiri upacara adat misalnya perkawinan dan kenduri. Mereka menenun di beranda rumah atauDi antara hasil tenunan, ada pula yang dibuat untuk keperluan elayaran, misalnya untuk kain layar perahu.



II
Isi
            Sulawesi merupakan salah satu pulau terbesar di wilayah Indonesia selain Sumatra, Kalimantan dan Papua. Letaknya strategis di jalur hubungan perdagangan antar pulau. Masyarakat Bugis, Makassar serta Mandr dari Sulawesi terkenal memegang peran yang penting  Dallam hubungan perdagangan antar pulau Kalimantan, Sumatra , Jawa, dan sekitarnya ke wilayah timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Barat,Nusa Tenggara Timur, sampai ke Irian Jaya. Bahkan mereka pun melakukan perjalanan perdagangan panjang sampai ke Benua Australia dan Madagaskar. Mereka adalah pelaut- pelaut ulung dengan Kapal Pinishi yang tersohor. Selain untuk tujuan ekonomi, orang Bugis dan Makasar berlayar jauh mengarungi samudra Indonesia untuk menaklukan pulau-pulau. Ini terjadi pada waktu kejayaan kerjaan Goa dan Bone. Beberapa daerah diantaranya dapat berhasil ditaklukan dan berada dibawah pengaruh kedua kerajaan tersebut.
            Di pulau Sulawesi, daerah yang berbeda secara geografis, yaitu dataran tinggi dan dataran rendah, mempunyai perbedaan sosio budaya yang cukup besar. Pusat-pusat pelabuhan terdapat didataran rendah seperti Manado di Sulawesi utara, pelabuhan Donggala di Sulawesi Tengah, Buton di Sulawesi Tenggara, hingga pelabuhan Makasar di Sulawesi Selatan. Melalui daerah-daerah tersebut masyarakat setempat maupun pendatang, yaitu masyarakat dari kepulauan terdekat maupun para pedagang Nusantara, saling bertemu dan berhubungan.
            Penduduk Sulawesi Selatan terdiri atas orang Makasar yang penduduknya berbahasa Mangkasara, yang tinggal di ujung selatan Sulawesi dan di kota Makasar. Daerah barat laut didiami oleh orang-orang Mandar, dan daerah-daerah tinggi didiami oleh Toraja yang mempunyai cirri khas tenun ikat lusi terutama yang dihasilkan di Galumpang dan Rongkong. Meskipunada cukup banyak orang Makassar, mayoritas penduduk Sulawesi Selatan adalah orang-orang Bugis yang berbahasa Bugis.
            Kaum laki-laki Sulawesi, terutama orang Bugis, Makasar,dan Mandar adalah pelaut ulung dan pembuat kapal. Mereka melakukan pelayaran hingga berbulan-bulan lamanya. Komunitas ini tidak hanya singgah di pelabuhan yang ditemuinya, melainkan juga beberapa bulan. Bahkan banyak pula yangmenetap hingga seterusnya. Banyak diantara mereka yang membawa serta keluarga atau menikah dengan warga setempat. Dengan demmikian komunita mereka meluas di beberapa tempat seperti di daerah Samarinda di Kalimantan Timur, Sumbawa, dan Lombok d Nusa Tenggara Barat selain diwilayah pantai-pantai di wilayah pantai Sulawesi sendiri.
Sebaliknya kebanyakan kaum wanita bekerja dan melakukan kegiatan sehari-har di rumah. Sebagian mereka melakukan pekerjaan sambilan secara turun-temurun. Pekerjaan menenun ini terutama dikerjakan terutama oleh penenun Bugis, Makasar, Toraja, dan Mandar,namun yang aling menonjol adalah tenunan kain sarung Bugis. Kain tenunan yang juga cukup terkenal adalah sarung Mandar, berupa kain sutera halus dengan corak kotak-kotak kecil warna gelap. Kain ini dapat digulung hingga seukuran kepalan tangan.
            Dalam perkembangan orang Bugis yang menetap di Donggala, Sulawesi Tengah, dan Samarinda, Kalimantan Timur, mengembangkan kain tenun Bugis yang disesuaikan dengan keadaan local. Hail akhir sarung ini kemudian dinamai sesuai nama tempatnya, misalnya kain tenun Donggala dan kain tenun Samarinda.
            Mula-mula orang Bugis menenun untuk memenuhi kebutuhan di ingkungan keluarga. Kai n sarung dibuat untuk dipakai sehari-hari, menghadiri upacara adat misalnya perkawinan dan kenduri. Mereka menenun di beranda rumah atauDi antara hasil tenunan, ada pula yang dibuat untuk keperluan elayaran, misalnya untuk kain layar perahu.
            Benang tenun pada awalnya dibuat dari benang kapas yang dipilin sendiri. Benang sutra baru dikenal di nusantara baru dikenal pada abad ke 16-16, ketika pedagang-pedagang dari luar membawa benang sutera. Hasil tenunannya merupakan corak garis-garis saling berilang menghasilkan kotak-kotak kecil atau besar untuk di jadikan kain sarung. Ada pula tenunan yang dibuat dari benang tipis membentuk kain tipis dan tembus pandang berwarna polos untuk bahan busana yang dikenal dengan nama baju bodo.



Dalam perkambangannya corak kain Bugis kemudian menggunakan corak pakan tambahan songket benang warna dan benang emas. Daerah yang menerapkan corak ini adalah Bone, dimana terdapat motif-motif bungan dan flora pada kain sarungnya. Corak ikat pada kain tenun biadanya berupa ragam hias pucuk rebung, yang diterapkan pada bagian kepala kain sarung. Bagian badan kain diberi motif silangan garis kotak-kotak kecil. Kain tenun sarung sutera ini seperti yang dibuat di Sengkang, Kabupaten Wajo, dan dikenal dengan nama lipa sabbe.
            Peralatan tenun tidak hanya mengandalkan  alat tenun tradisional geogan, melainkan dengan ATBM atau Alat Tenun Bukan Mesin. Secara teknik, alat ini dapat menghasilkan kain yang lebih cepat dan menghasilkan kain yang lebih lebardari kain yang ditenun dengan alat tenu gedogan yang hanya 75 cm. Dengan ATBM, panjang kain tenun dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
            Kabupaten Donggala adalah salah satu kota pelabuhan yang terpenting di sebelah barat Sulawesi Tengah. Kota pelabuhan ini merupakan tempat perdatangan para pedagang dari daerah lain dari Sulaesi Tengah. Terjadi hubungan yang erat antara kota pelabuhan ini dengan kota pelabuhan di Surabaya. Dan sebaliknnya benang sutera dari Surabaya khususnya dari Gresik, dijual kepada pengrajin tenun di Donggala untuk dijadikan bahan dasar tenunannya. Di daerah Gresik sendiri juga ada alat pembuat kain sarung tenun ikat. Hasil tenunan di kedua tempat ini tampak saling pengaruh-mempengaruhi walaupun masih tetap memmiliki cirri khas masing-masing.
           






Analisa

Kain tenun Donggala bernama sama dengan daerah pembuatannya. Daerah pembuatan kain tenun Donggala tersebar di wilayah pantai timur dan barat dari kota pelabuhan Donggala. Kain tenun Donggala dihasilkan oleh penduduk yang berasal dari Sulaesi Tengah sendiri. Merek adalah penenun Donggala yang secara historis, sebagian berasal dari Bugis yang telah menjadi penduduk Donggala. Selain itu ada sebagian kain tenun Donggala yang dibuat oleh golongan minoritas keturunan Arab. Sebagian dari golongan minoritas ini adalah pedagang antara kota Donggala ke Surabaya dan Jakarta. Ada juga yang menjadi pedagang yang mempunyai toko-toko yang menjual kain-kain sarung, benang tenun, bahan pewarna kimia atau pawarna pakaian. Kaum wanitanya mengerjakan bagian-bagian tertentu dari proses menenun seperti membuat desain dan mencelup warna. Pekerjaan-pekerjaan itu biasanya dikerjakan satu orangata bersama-sama. Pekerjaan menenunnya sendiri biasanya diserahkan kepada penduduk asli setempat. Ada juga anggota komunitas Arab yang bekerja sebagai pemodal atau pengusaha yang mengupah orang untuk membuat desain, mencelup warna, maupun menenun.
            Secara Tradisional kain tenun Donggala digunakan untuk membuat pakaian adat masyarakat kaili dan pamola. Ada banyak persamaan antara kain tenun Donggala ini dengan kain tenun Bugis dari Sulawesi Selatan. Perpindahan penduduk dari Sulawesi Selatan ke Sulawesi Tengah dapat dihubungkan dengan legenda atau kisah Sawerigading dan Tomanurun yang dikenal dikedua tempat. Sawerigading adalah seorang tokoh keramat yang berasal dari kerajaan Luwu Sulawesi Selatan, yang erat hubungannya dengan timbulnya kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi Tengah. Sedangkan Tomanurun atau disebut juga Manuru Lasaseo adalah tokoh yag turun dari langit ke bumi untuk mengajarkan sejumlah kepandaian kepada masyarakat. Hal ini termasuk dalam segi estetis sebuah karya yang mengandung filosofi.
            Pakaian adat untuk pria di Sulawesi Tengah terdiri dari Buya, yakni baju yang menyerupai jubah. Buya sendiri berarti sarung, seperti nama padatekstil tradisi yang terdapat disana yakni Buya Bomba. “Buya berarti ‘sarung’, sedangkan bomba ‘bunga’.
Ragam Hias Tenun ikat Donggala Sulawesi Tengah

Corak ragam hias yang diterapkan berupa motif tumbuh-tumbuhan atau flora sert fauna. Penggambaran motif bernafas islam disebabkan  Di Sulawesi Tengah memiliki daerah-daerah yang penduduknya mayoritas beragama Islam, dan menurut beberapa sumber agama Islam dibawa oleh tokoh agama dari Sumatra Barat. Masyarakat yang beragama Islam banyak bermukim di sekitar pantai terutama seperti Palu dan Donggala. Sehingga Unsur agama Islam tampak pada kain-kain tenun yang ditenun, yang lebih menonjolkan unsur-unsur alam seperti bunga-bungaan dan berbagai jenis flora. Unsure motif manusia tidak pernah dimunculkan sesuai dengan unsure seni islam. Jenis fauna yang tampak diterapkan adalah jenis unggas seperti kakak tua atau kupu-kupu. Motif-motif tersebut ditampilkan dalam bentuk ikat  pakan. Kain-kain tenun yang mempunyai ragam hias ikat ini diebut kain Bomba yang lebih dikenal sebagai sarung bomba. Bomba sendiri berarti bunga, sehingga buya bomba bera rti corak ikat yang diberi ragam hias bunga. Kata bunga disini juga dapat diartikan sebagai anea ragam corak hias, termasuk diantaranya bentuk bunga. buya bomba adalah corak yang paling sulit dibuat dan membutuhkan waktu pengerjaan satu hingga dua bulan. Corak-corak lainnya rata-rata membutuhkan cukup satu hingga dua minggu saja.
Pada kain sarung Bomba ragam hias ikat terdapat pada benang pakan. Bentuk bunga yang tampak samar-samar pada kain ini diakibatkan oleh ragam hia gulungan benag pakan itu dimasukkan diantara silangan benang lungsi yang memiliki satu atau berbagai warna polos. Bayangan warna ini terjadi karena warna dasar kain yang gelap atau tua, sedangkan warna ragam hiasnya terang atau muda.
            Ada dua jenis ragam hias yang pertama terletak pada bidang yang  terluas dari kain tersebut yang disebut cura atau sura yang berarti badan kain. Corak ragam hias yang kedua sisinya diterapkan pada bidang yang terbatas yang dinamakan punjang atau kepala kain. Bidang panjang ini berciri motif kecil yang kadang-kadang diisi dengan ragam hias geometris dari bentuk flora. Salah satu corak pada ragam hias ini antara lain garis-garis diagonal yang membentuk belah ketupat yang diisi dengan taburan bunga kecil-kecil. Corak bunga pada cura sama bentuknya dengan bunga-bunga yang terdapat pada bagian punjang, tetapi pada cura ukurannnya lebih besar.
            Ada macam-macam corak ragam hias dengan nama tumbuh-tumbuhan atau bunga-bungaan yang terdapat pada kain tenun Donggala seperti:
·         Tavanggadue atau daun keledai
·         Sesekaranji atau bunga berbuah keranjang
·         Vala artinya sama dengan bomba yang berarti bunga atau kembang
·         Bunga paindo tava ronto , bunga paindo artinya bunga yang bentuknya seperti lampu gantung, tava artinya daun, ronto artinya rontokatau gugur. Jadi artinya bunga yang berbentuk seperti lampu gantung dengn daun- daun yang gugur.
·         Tavanempule, tava adalah daun, nempule berarti merayapatau merambat keatas.
·         Punanununu, berarti pohon beringin.
Selain tenun Donggala corak ikat, ada juga jenis tenun-tenun lain seperti kain songket benang emas, benang perak ata berwarna. Corak jenis ini disebut buya subi. Kata subi mungkin ereat hubungannya dengan sukit atau songket. Ada kain tenun yang disebut bomba kota yaitu kain dengan bemotif bunga berkotak-kotak yang spesifik. Bentuknya dibuat dengan teknik tenun ikat ganda. Walaupun hanya ibuat berdasarkan silangan jalur benang vertical dan horizontal, hasilnnya berupa bentuk atau corak kotak-kotak yang simetris. Motif-motif geometris seperti bentuk meander disebut ukibanji dan bentuk persegi bersambung disebut kacandiva kao-kao.
            Ragam hias yang dipakai juga tidak membedakan statu sosial pemakainya. Mereka menggunakan symbol warna untuk membedakan kain-kain yang dipakai oleh golongan tua dan golongan muda. Golongan tua memilih warna gelap sedangkan untuk golongan muda biasanya mempergunakan warna-warna terang atau mencolok. Kain tenun yang lazim disebut kain palaekat hanya dapat ditemukan di kediaman para keturunan raja-raja Palu. Kain tenun Donggala mempunyai corak yang sangat unik dan langka, karena usianya mencapai 200 tahun.
Menurut Suwati Kartiwa “Kain-kain tradisional di Sulawesi Tengah tidak mengenal nilai simbolis dari corak ragam hias”.  Namun pada dasarnya tekstil tradisi tersebut memiliki makna filosofi, estetika, indah, dibuat dengan proses, ketekunan, serta alat dan bahan yang tidak sama dengan tekstil yang ada di negara lain. Tekstil tradisi ini logis, bermanfaat dan menonjolkan unsur agama Islam yaitu tidak menerapkan corak manusia pada ragam hiasnya.
III
Penutup
           
Latarbelakang tenun Donggala adalah perkembangan orang Bugis yang menetap di Donggala, Sulawesi Tengah, dan Samarinda, Kalimantan Timur, yang  mengembangkan kain tenun Bugis yang disesuaikan dengan keadaan lokal.
Pakaian adat untuk pria di Sulawesi Tengah terdiri dari Buya, yakni baju yang menyerupai jubah. Buya sendiri berarti sarung, seperti nama padatekstil tradisi yang terdapat disana yakni Buya Bomba. “Buya berarti ‘sarung’, sedangkan bomba ‘bunga’.
Corak ragam hias yang diterapkan berupa motif tumbuh-tumbuhan atau flora sert fauna. Penggambaran motif ber nafas islam disebabkan  Di Sulawesi Tengah memiliki daerah-daerah yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Menurut Suwati Kartiwa “Kain-kain tradisional di Sulawesi Tengah tidak mengenal nilai simbolis dari corak ragam hias”.  Namun pada dasarnya tekstil tradisi tersebut memiliki makna filosofi, estetika, indah, dibuat dengan proses, ketekunan, serta alat dan bahan yang tidak sama dengan tekstil yang ada di negara lain. Tekstil tradisi ini logis, bermanfaat dan menonjolkan unsur agama Islam yaitu tidak menerapkan corak manusia pada ragam hiasnya.
            Latar belakang  terciptanya kain tekstil tradisi tenun sutra Donggala Sulawesi Tengah merupakan runtutan kronologi yang  dapat dibuktikan melalui motif kain Donggala yang diadaptasi dan pengembangan dari tenun Bugis.





Daftar Pustaka

  Kartiwa, Suwati(1983). Tenun Ikat: Penerbit Djambatan.Jakarta.
Kartiwa, Suwati(2007). Ragam Kain Tradisional Indonesia Tenun Ikat: PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Dianawati, Ajen (2007). Mengenal Alam dan Budaya Indonesia. Wahyu Media. Jakarta.
Dianawati, Ajen (2006). Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap SD. Wahyu Media. Jakarta.

Busana Batik Casual Sebagai Pakaian Iklim Tropis



I Pendahuluan
Indonesia adalah Negara yang beriklim tropis. Iklim tropis adalah iklim yang hanya memiliki 2 musim yaitu musim panas dan musim hujan. Daerah tropis dapat dibagi dalam dua kelompok iklim utama yaitu tropis basah dan tropis kering yang masing-masing amat berbeda. Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis yang panas, iklim ini menyebabkan kita mudah berkeringat. Untuk mendukung iklim setiap daerah orang-orang tentu memiliki cara melindungi diri yang mungkin telah ada secara turun- temurun. Mekanisme perlindungan diri ini dapat berasal dari bentuk tempat tinggal, jenis makanan, serta cara dan bentuk pakaian.
Pakaian merupakan kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat tinggal (rumah). Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya. Namun seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, pakaian juga digunakan sebagai simbol status, jabatan, ataupun kedudukan seseorang yang memakainya. Perkembangan dan jenis-jenis pakaian tergantung pada adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya yang memiliki ciri khas masing-masing.  Di Indonesia tekstil yang dapat mengangkat budaya adalah batik. Batik merupakan sehelai wastra yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional. Perkembangan tekstil seiring perkembangan teknologi semakin maju dengan adanya pengolahan motif tekstil secara digital serta pembuatan motif tekstil dengan digital print.
Bahan tekstil yang dipakai untuk iklim tropis berbeda dengan tekstil yang digunakan untuk daerah bermusim 4 yang lain.   Untuk daerah tropis sendiri karakteristik pakaian yang sesuai adalah pakaian yang mampu menyerap keringat dengan baik. Berdasarkan latar belakang itulah diperlukan desain busana dengan tekstil yang sesuai. Untuk menciptakan pakaian yang nyaman dikenakan untuk daerah tropis serta dapat mendukung dan melestarikan tekstil tradisi.



II Pembahasan
Indonesia adalah Negara yang beriklim tropis. Busana yang dipakai untuk iklim tropis berbeda dengan Busana yang digunakan untuk daerah bermusim 4 yang lain. Untuk merancang busana tropis hal yang harus diperhatikan adalah bahan.menjadi bahan pokok pembuatan busana. Bahan atau kain yang diperdagangkan beragam jenis dan kualitanya, ada yang tipis, sedang dan ada yang tebal. Disamping itu yang perlu diketahui adalah berasal dari serat alam atau buatan. Dengan demikian dapat direncanakan perlakuan yang tepat terhadap bahan, mulai dari pemotongan, penjahitan, hingga perawatannya.
Tekstil adalah suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam (ditenun), dirajut, direnda, ditapis, dikempa menjadi bahan pakaian atau keperluanlainnya.(Gunadi. 1985: 3).Serat sebagai satuan terkecil dari berbagai jenis tekstil dibuat dari bahan khusus yang memiliki panjang dan diameter tertentu, sertamemiliki sifat yang dapat dikenali.Agar cocok digunakan utuk tekstil serat harusmemiliki panjang yang lebih besar dibanding diameternya.
Serat yang dipakai dalam pembuatan tekstil dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang termasuk filamen mempunyai panjang yang relatif besar (lebih dari3000 kali diameternya).Sedangkan untuk serat yang panjang kurang dari 3000 kalidiameternya dinamakan stapel.
Pada mulanya bahan yang dipakai sebagai bahan baku tekstil berasal darialam,tetapi sejak ditemukannya cara pembuatan bahan baku tekstil muncullah seratbuatan. Serat buatan pertama adalah sutra chardonet yang ditemukan oleh CountHilairede Chardonnet pada tahun 1885.pemakaian bahan baku yang berasal darialam semakin berkurang persentasenya, digantikan bahan baku buatan.Tidak semua benda yang berbentuk serat dapat dijadikan atau dipakaimenjadi bahan baku tekstil. agar suatu benda yang berbentuk serat dapatdipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan tekstil maka harus memenuhibeberapa persyaratan, persyaratan tersebut antara lain: memiliki kekuatan yangcukup, elastis, dapat menyerap air, perbandingan panjang lebih besar daridiameternya.
Secara garis besar bahan baku serat dapat dikelompokkan menjadi duakelompok yaitu: serat alam (natural fiber), serat ini didapatkan dari tumbuhan, binatang (protein), dan pertambangan. Serat buatan (Man- made fiber), serat yangterjadi karena usaha manusia untuk melakukan pembentukan. Indonesia merupakansuatu negeri yang kaya akan sumber-sumber alam seperti tumbuhan, binatang,maupun hasil pertambangan, ketiga bahan tersebut jika diolah akan dapat menjadibahan baku tekstil. Serat alam yang berasal dari tumbuhan masih dapat dibagi lagiyaitu: serat biji, serat buah, serat batang, dan serat daun. Serat nanas termasuk dalam serat daun, serat ini pada jaman dulu sudah dipergunakan untuk membuat talidadung. Seiring dengan perkembangan tekstil serat nanas mulai digunakansebagai bahan baku kain tekstil. Akan tetapi proses pembuatannya memakan waktulama sehingga manjadikan kainnya mahal. Dalam proses pembuatan kain serat nanasdigunakan sebagai pakan karena memiliki panjang terbatas dan terlalukeras.

Tekstil merupakan kebutuhan yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan manusia, menurut funginya tekstil dapat dibagi menjadi empat fungsi yaitu tekstil untuk busana, tekstil untuk interior, tekstil pelengkap rumah tangga dan tekstil untuk cindera mata. Tekstil untuk busana adalah tekstil yang dipakai untuh bahan dasar busana, tekstil untuk interior merupakan tekstil yang digunakan dalam melengkapi interior ruangan, tekstil pelengkap rumah tangga merupakan semua produk berbahan tesktil yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan kehidupan rumah tangga dan tekstil untuk cindera mata merupakan tekstil yang digunakan dalam pembuatan cindera mata atau oleh-oleh.
Bahan tekstil sebagai tekstil untuk busana, tekstil untuk interior, tekstil pelengkap rumah tangga dan tekstil untuk cindera mata dapat berasal dari serat yang sama namun, berbeda karakteristiknya. Tekstil yang digunakan sebagai tekstil pelengkap rumah tangga mempunyai karakteristik yang berbeda dengan tekstil untuk busana, tekstil untuk interior dan tekstil yang digunakan sebagai bahan cinderamata. Tekstil memberikan keuntungan baik fisik maupun psikis pada interior seperti penyerapan suara, privasi, kenyamanan, memperkuat rasa aman dan estetika.
Tekstil berasal dari kata texere yang diartikan menenun. Dalam arti luas, tekstil tidak terbatas pada hasil tenun saja, tetapi juga termasuk melalui proses menganyam, merajut, merenda (Ensklopedi, 1990 : 169). Proses difusi sistem pengetahuan, salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal itu, telah lama diterima dan dikembangkan oleh masyarakat di seantero Nusantara dengan berbagai corak/khas yang berbeda-beda hasil adaptasi alam budayanya, seperti kain tenun: Lombok, Bali, Minangkabau, Jawa, Sumba dan lain-lainnya.
















Bahan Yang Sesuai untuk Tropis:
-       KATUN: Sifat bahannya yang mudah menyerap air dan udara membuat bahan ini sangat nyaman digunakan sebagai bahan busana kasual, busana kerja atau busana olahraga.
-       LINEN: Karena sifatnya yang hampir menyerupai katun, bahan ini juga sangat cocok untuk busana iklim tropis, khususnya untuk busana kasual
-       FLANEL: Karena terbuat dari serat alam, yang mudah menyerap air dan udara, flanel yang terbuat dari katun cocok juga digunakan untuk busana iklim tropis, khususnya sebagai busana kasual, seperti blouse/kemeja sehari-hari atau busana tidur
-       NILON: Bahan sintetis pengganti sutra yang kuat ini juga mempunyai sifat mudah air dan udara, sehingga cocok untuk berbagai jenis busana di iklim tropis.
-       RAYON: Sifatnya yang menyerupai sutra yang kuat, lembut dan menyerap kelembaban, membuat rayon nyaman digunakan sebagai bahan jas, kemeja dan busana semi formal. Bila dicampur dengan asetat dapat digunakan sebagai bahan rajut atau busana renang.


Katun sangat cocok digunakan oleh orang-orang yang tinggal di negara dengan iklim tropis seperti Indonesia. Benang katun cocok untuk membuat baju didaerah tropis, karena memberikan rasa sejuk dan nyaman. Selain katun sejuk dan nyaman, katun juga merupakan bahan yang dapat diolah motifnya dengan teknik batik. Salah satu jenis katun adalah mercerized yang memiliki tekstur kuat dan berkilau. Kain yang umumnya dipakai para pengrajin untuk membuat batik adalah kain mori. Kain mori adalah kain yang terbuat dari kapas. Mori adalah bahan baku batik dari katun. Bahan pakaian ini sangat fleksibel untuk bentuk apapun, mulai dari kaos, baju muslim, hingga model gaun pesta muslim katun. Katun juga serasi jika digunakan untuk model busana casual.


Motif dan Warna Busana Tropis
Dalam perwujudan Tekstil terdapat aspek desain yang mempengaruhi penampilannya, yaitu ragam hias, warna, bahan, adat, proses, dan fungsi. Aspek-aspek tersebut dapat diterapkan pada desain tekstil struktur maupun desain tekstil permukaan.(Nanang Rizali, 2013 :61). Tidak hanya faktor kenyamanan pada bahan katun namun juga ragam hias serta warna tekstil busana. Motif serta warna dapat mempengaruhi penampilan untuk busana beriklim tropis.
Motif yang lebih seirama dengan iklim tropis adalah motif-motif flora dan fauna. Motif yang sering menggunakan flora dan fauna untuk sumber ide adalah motif batik. Selain itu motif batik seringkali digayakan dengan bentuk stilasi yang lembut. Gaya stilasi tersebut menjadi bentuk visual yang menyerupai sulur-sulur tanaman yang. Selain itu batik juga dapat mendukung serta melestarikan tekstil tradisional sebagai wastra. Batik adalah sehelai wastra yakni sehelai kain yang dibuat secara tradisional dan terutama juga digunakan dalam matra tradisional.   Beragam pola batik tertentu yang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam ‘lilin batik’ sebagai bahan perintang warna ( Santosa Doellah :10).Batik bukan merupakan produk tradisional semata namun terus bergerak dengan proses kreatif untuk menyamai pertumbuhan industri tekstil lainnya.
Warna pakaian lebih terang merefleksikan pancaran ramah ke pemakainya, terutama jika dikenakan pada musim panas. Apalagi dari teori spektrum warna, pakaian warna hitam disebut-sebut akan membuat Anda lebih berkeringat ketika berada di bawah panas matahari dibandingkan pakaian berwarna terang. Dibanding warna gelap, warna cerah lebih mendukung jika dikenakan didaerah tropis seperti Indonesia. Untuk iklim tropis warna natural, seperti hijau daun, kuning dan coklat sangat cocok dikenakan.



Desain Busana Batik Bergaya Casual
               Kasual adalah gaya berbusana yang tidak mengkhususkan pada busana yang nyaman namun kumal, tetapi lebih kepada busana yang nyaman dan sopan serta pantas dikenakan antara rentan waktu santai dan pertemuan-pertemmuan yang tidak resmi sifatnya (Appmi, 2005: 3).
Ragam hias pada batik memang terkesan memenuhi bidang dan Nampak ramai. Namun tekstil bercorak batik dapat terlihat simple jika digunakan untuk model yang sederhana. Justru dengan mengenakan busana bercorak batik, tampilan busana santai anda akan terlihat menarik. Kuncinya tentu saja terletak pada siluet busana serta motif dan kombinasi warna batik yang dipilih. Busana bercorak batik juga dapat berpadu harmonis dengan busana modern seperti celana jins atau rok jins mini yang kerap dipakai untuk bersantai bersama sahabat. Bahkan busana bercorak batik juga bias berkolaborasi dengan t-shirt atau atasan dari bahan kaus. Batik dapat menciptakan gaya kasual bernuansa etnik yang tak sekedar unik, tapi juga modern dan gaya (Stephanus Hamy, 2009: 50). Batik tidak hanya menciptakan busana dengan suasana etnik dan simple. Motif Batik juga selaras dengan kebutuhan tekstil pada daerah tropis. Motif batik yang berupa sulur-sulur tanaman serta menerapkan flora dan fauna yang pada umumnya banyak tumbuh dan berkembang didaerah tropis.
Tekstil yang diproses dengan batik memiliki nilai tambah tersendiri karena prosesnya yang ditulis atau dicap dengan motif ornament yang mengisi seluruh bidang. Ornamentasi batik dibagi dalam tiga bentuk yaitu, isen-isen, klowongan dan ornamentasi harmoni (Asti dkk, 2011: 23). Selain karena proses batik juga memiliki nilai tambah pada bentuk motif yang terdiri dari motif utama, motif pendukung dan isen-isen.Desain busana casual dari tekstil batik dapat diolah sederhana. seperti dengan memadukan t-shirt dengan rompi batik katun.

Aksesori kasual
-          Pemilihan aksesori untuk suasana kasual dan muda lebih mudah karena tidak ada acara atau keadaan tertentu yang menuntut jenis pemakaian tertentu. Oleh karena itu, lebih baik mengikuti penggunaan aksesori berdasarkan pakaian yang dikenakan.
-          Pakaian berjenis kaos biasanya menggunakan aksesori yang biasa atau bertema muda
-          Pakaian trdisional atau modern dalam bahan kasual bias mengenakan aksesori berbentuk ekstrem dan abstrak.
-          Hindari penggunaan permata akik dan bahan-bahan berkilauan untuk member kesan kasual.
-          Aksesori jenis ukiran dan lukisan lebih sesuai untuk tema kasual dan muda.






III Penutup
Benang katun cocok untuk membuat baju didaerah tropis, karena memberikan rasa sejuk dan nyaman. Selain katun sejuk dan nyaman, katun juga merupakan bahan yang dapat diolah motifnya dengan teknik batik. Tekstil yang diproses dengan batik memiliki nilai tambah tersendiri karena prosesnya. Selain karena proses batik juga memiliki nilai tambah pada bentuk motif yang terdiri dari motif utama, motif pendukung dan isen-isen. Desain busana casual dari tekstil batik dapat diolah sederhana. seperti dengan memadukan t-shirt dengan rompi batik katun. Aksesori yang dapat diunakan untuk tema kasual tidak perlu menggunakan manik-manik berkilau, namun dapat menggunakan aksesori berhias ukiran dan lukis. Tekstil busana tersebut dapat menciptakan pakaian yang nyaman dikenakan untuk daerah tropis serta dapat mendukung dan melestarikan tekstil tradisi.












Daftar Pustaka

Appmi. 2005. Busana Kasual Muslimah. Gramedia Pustaka Utama
Asti, dkk. 2011. Batik- Warisan Adiluhung Nusantar. Penerbit Andi: Yogyakarta.
Bonita, Yohana. 2014. Knitting. Demedia: Jakarta.
Doellah, Santosa. Batik Pengauh Zaman dan Lingkungan, Danar Hadi.
Ernawati., et al. 2008. Tata Busana Jilid 2, Klaten : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Hamy, S., Suryawan, D. 2009.  Chic Mengolah Wastra Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
(http://blogpunyaaqw.blogspot.com/2011/03/busana-tepat-untuk-iklim-tropis.html).
Komandoko, Gamal. 2010. Ensiklopedia Pelajaran Umum. Pustaka idyatama.
Rizali, Nanang(2013). Metode Perancangan Tekstil.Surakarta. UPT UNS Press.
Siddik, Y. 2007. Tampil Gaya Dengan Jilbab. Trans Media : Jakarta.