I
Pendahuluan
Tindik telah dikenal telah ada pada jaman nabi Ibrahim,
hingga upacara adat suku di Indonesia. Tindik
tubuh sekarang tidak lagi dilakukan oleh para wanita saja namun juga pria.
Wanita mengenakan tindik sebagai identitas dirinya sebagai perempuan. Sedangkan
para pria bertindik karena ingin lebih keren dan gaul. Bahkan sekarang tindik
tidak hanya dilakukan ditelinga saja tetapi sudah merambah kewilayah tubuh lain
seperti bibir, lidah, hidung, alis, dagu, pusar, hingga kebagian tubuh yang
sensitive.
Dikota-kota besar tindik telah menjadi suatu tren atau
terlebih lagi pada kalangan remaja zaman sekarang, kaum remaja berpendapat selain dianggap bisa
mendongkrak penampilan, tindik telah
menjadi sarana ekspresi diri yang merupakan sebuah simbol kebebasan dari
segala formalitas yang ada. Trend dan teknologi tindik semakin berkembang
seiring perubahan jaman.
Tindik
tubuh merupakan fenomena seni yang yang menjadikan tubuh sebagai media
kesenian. Pada pendekatan antropologi seni fenomena tindik ini dapat dianalisis
dengan pendekatan kontekstual. Pada pendekatan ini akan dianalisis keterlibatan
fenomena social budaya disekitarnya dengan fenomena kesenian tindik. fenomena
ini cukup menarik untuk dikajii dengan pendekatan kontekstual dalam konteks
kesenian dan teknologi.
Pendekatan kontekstual
adalah menempatkan sebuah teks pada konteks. Melalui perspektif ini kita dapat
mengetahui bahwa proses-proes kreatif adalah simbolisasi ide dan perasasaan
kedalam berbagai bentuk kesenian tidak terlepas dari konteks dan budaya tempat
seniman atau individe berada dan dibearkan. Hubungan antar teks dan konteks
biasanya adalah hubungan sebab akibat, hubungan fungsional, atau hubungan
saling ketergantungan dan mempengaruhi.
Ada tiga unsur yang terdapat
dalam seni secara umum: unsur karya, unsur seniman dan unsur publik seni.
Ketiganya saling berkait dalam satu kesatuan di dalam konteks tertentu (M. A. Rahim:2009). Benda
seni (karya) merupakan bagian kajian utama dari estetika: bagaimana soal kebentukan, dan persoalan indah-tak indahnya
karya tersebut. Unsur yang kedua adalah
publik seni,yaitu sekumpulan orang yang, baik secara khusus ataupun
tidak, ‘mengkonsumsi’ karya seni. Publik seni, adalah unsur yang kemudian
menerima, mengapresiasi bahkan memesan suatu karya yang diciptakan oleh
seniman. Dengan demikian ia sedikit-banyak memberi pengaruh bagi seniman dalam
mencipta karya, sehingga menjadi relevan pula dalam kajian antropologi seni.
Unsur yang ketiga adalah seniman. Seniman adalah orang yang menciptakan karya
seni yang baik diterima ataupun tidak oleh masyarakatnya, Karya ciptaannya tersebut
merupakan bagian dari produk sosial juga, yang sedikit-banyak dipengaruhi
lingkungan serta masyarakatnya. Unsur seniman merupakan kajian utama dalam
antropologi seni, yang terkait dengan karya seni yang diciptakannya. Ketiga
unsur seni yang tersebut di atas merupakan unsur-unsur terpenting yang menjadi
perhatian antropolog dalam penelitiannya.
II
Analisis
Tindik sudah sering terdengar
ditelinga kita. Tindik sering juga disebut dengan istilah piercing. Piercing merupakan
suatu hal yang telah akrab dikalangan remaja di Indonesia. Piercing bukan merupakan hal yang asing dan aneh lagi terutama bagi
mereka yang berdomisili di kota-kota besar di Indonesia yang sudah mengalami
banyak proses modernisasi dari dunia barat. Pengertian dari piercing itu sendiri secara umum adalah
penyematan benda (logam, tulang, gigi, dan sebagainya) pada bagian tubuh
seseorang. Piercing tersebut dapat
bersifat permanen dan semi permanen.
Keberadaan tindik di Indonesia telah ada pada kebudayaan
suku asli Indonesia. Kebudayaan ini sebenarnya sudah dikenal sejak 10 abad
silam hampir diseluruh belahan dunia.
Upacara Tindik Telinga, yaitu upacara memasangkan anting ke daun telinga
anak perempuan Dayak Kalimantan Timur.
Di Indonesia tradisi tindik juga biasa dilakukan warga suku Asmat di kabupaten
Merauke dan suku Dani di kabupaten Jayawijaya, Papua. Lelaki Asmat menusuki
bagian hidung dengan batang kayu atau tulang belikat babi sebagai tanda telah
menusuki tahapan kedewasaan. Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaan
tubuh melalui tindik di daun telinga sejak abad ke-17. Tak sembarangan orang
bias menindik diri sebab hanya pemimpin suku atau panglima perang yang
mengenakan tindik di kuping. Sedangkan kaum wanita Dayak menggunakan
anting-anting pemberat untuk memperbesar cuping daun telinga. Menurut
kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang daun telinga, semakin cantik
dan tinggi status sosialnya dimasyarakat. Model primitive inilah yang akhirnya
banyak ditiru komunitas piercing di dunia
Dibelahan bumi lain misalnya di suku Austronesia.
Kebudayaan suku Austronesia yang adalah body piercing (tindik tubuh). Catatan
sejarah menunjukansuku Austronesia juga mnyebar ke Indonesia, suku-suku
primitive melakukan tindik sebagai bagian ritual adat dan penunjuk identitas
derajat social. Suku Indan menindik tubuhnya dengan cara mengantungkan dada
dengan kait besi dibagian dada. Ritual yang disebut dengan okipa ini diperuntukan bagi
lelaki yang akan diangkat menjadi tentara atau panglima perang. Sementara
sebuah suku di Indian melakukan ritual menusuki tubuh dengan jarum yang
panjangnya bias mencapai sekitar satu meter untuk menghormati dewa. Ritual kavandi ini biasanya digelar setiap
Februari.
Banyak pria di zaman
kerajaan Romawi kuno menindik putingnya untuk menunjukan kejantanan atau
mengaitkan jubah mereka sementara pada masyarakat suku primitif menindik wajah
atau tubuh digunakan untuk menandakan status mereka dalam suku, sebagai bagian
dari ritual atau dijadikan jimat untuk mengusir roh jahat. Tidak hanya menindik
secara normal tapi menindik tubuh secara ekstrim (extreme body piercing) sudah
ada sejak dahula kala dan biasanya digunakan untuk ritual pengorbanan bagi para
dewa atau leluhur mereka.
Berbagai suku di Afrika dan
badui di Timur Tengah terbiasa menindik hidung mereka. Kebiasaan menindik
hidung ini dibawa orang-orang Timur tengah ke India pada abad ke 16. Selain
untuk mempercantik diri, para wanita India menindik titik tertentu pada bagian
kiri hidungnya karena diyakini bisa mempermudah proses melahirkan. Zaman
dulu wanita yang ditindik hidungnya menandakan bahwa dia sudah menikah, tapi
saat ini di India banyak gadis lajang dan anak-anak yang ditindik hidungnya.
Ada 3 bagian hidung yang biasa ditindik yaitu bagian Nostril (cuping hidung),
septum (bawah atara lubang hidung) dan bridge (batang hidung). Dibawah ini foto
3 bagian hidung yang biasa ditindik
Dalam dunia Islam khusus untuk bayi perempuan, pada saat
mencukur rambut dan pemberian nama, biasanya disertai dengan tradisi melubangi
daun telinga untuk diberikan tindik atau anting. Memang dari Rasulullah SAW
tidak pernah ditemukan pernyataan tentang hal ini, akan tetapi masalah hukumnya
diperbolehkan, selama dimaksudkan untuk tempat perhiasan (jaiz). Tradisi
menindik telinga anak perempuan ini sudah menjadi tradisi bangsa Arab sejak
zaman sebelum Islam. Tradisi tindik bangsa Arab ini sebenarnya diwarisi dari
tradisi yang pertama kali dilakukan oleh nabi Ibrahim. Karena berbagai sebab
Ibrahim bersama istrinya pergi ke Mesir. Ternyata di Mesir Fir’aun II menginginkan
Sarah menjadi istrinya. Ibrahim Bingung kemudian mencacati istrinya dengan
melubangi salah satu telinganya. Menurut adat masyarakat Mesir dan negri-negri
Arab pada waktu itu, orang yang dilubangi telinganya( sebagian ditindik/
memakai tindik) adalah cirri seorang budak, yang tidak pantas untuk diperistri
oleh seorang raja. Sehingga Fir’aun membatalkan niatnya. Setelah tidak jadi
diperistri oleh Fir’aun, Sarah marah-marah karena telinganya dilubangi. Maka
Ibrahim menutup lubang itu dengan emas, sekalian telinga yang satu juga
dilubangi untuk dipasangi emas yang seimbang, sehingga Sarah Nampak sangat
cantik. Itulah asal-usul tindik atau anting bagi wanita.
Q.S Nisa’:119. “Dan aku benar-benar akan menyesatkan
mereka, dan membangkirkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka,
lalu mereka benar-benar memotongnya, dan aku suruh mereka (mengubah ciptaan
Allah), lalu mereka benar-benar merubahnya”. Barangsiapa yang menjadikan
syaitan menjadi pelinddung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita
kerugian yang nyata.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Ma’su RA, di berkata :
“Allah mengutuk orang-orang yang mentatu tubuh, orang-orang yang minta ditatu,
orang-orang yang mencabut bulu matanya, dan orang-orang yang merenggangkan
gigi, untuk mendapatkan wajah (agar kelihatan lebih menarik ), yang demikian
itu mengubah ciptaan Allah.
Pada hadist dan ayat tersebut tidak menyebutkan bahwa
tindik merupakan suatu perbuatan yang mengubah bentuk tubuh. Tindik dilakukan
untuk menambah perhiasan. Namun suatu hal baik yang berlebihan akan menjadi
tidak baik.
Tindik tubuh sekarang tidak lagi dilakukan oleh para
wanita saja namun juga pria. Wanita mengenakan tindik sebagai identitas dirinya
sebagai perempuan. Sedangkan para pria bertindik karena ingin lebih keren dan
gaul. Bahkan sekarang tindik tidak hanya dilakukan ditelinga saja tetapi sudah
merambah kewilayah tubuh lain seperti bibir, lidah, hidung, alis, dagu, pusar,
hingga kebagian tubuh yang sensitive.
Tindik merupakan hak setiap orang untuk berekspresi. Tindik
merupakan fenomena dikalangan remaja yang merupakan ekspresi dari diri mereka.
Dan setiap jiwa memiliki hak untuk berekspresi sebagimana hak tersebut
merupakan konsep yang terkandung menurut islam. HAM yang terkandung dalam
konsep menurut Islam adalah hak hidup, hak perlindungan hak milik, hak
perlindungan kehormatan, hak perlindungan keamanan dan kesucian pribadi, hak
perlindungan kebebasan eskpresi dan hak perlindungan kebebasan beragama. Suatu
kelompok masyarakat menyatakan bahwa tindik merupakan hak asasi manusia. Namun
kelompok masyarakat lain menganggap bahwa seni tindik bertentangan dengan
islam.
Beberapa mungkin menganggap bahwa orang-orang yang memiliki
bertindik memiliki harga diri yang rendah, dan mungkin itulah mengapa mereka
bertindik. Beberapa orang mungkin berpikir bahwa mereka adalah unik. Beberapa
orang bahkan mungkin menganggapnya aneh, menjijikkan, dan . benar-benar tidak dapat diterima
secara sosial Namun mereka hanya ingin berekspresi melalui tubuh mereka. Dan
tindakan mereka merupakan karya seni.
Praktek menindik tubuh ini mulai disukai dan
berkembang luas setelah perang dunia kedua. Praktek body piercing di Eropa dan
Amerika terjadi setelah para turis pulang dari perjalanan kebenua lain dan
menyebarkan budaya masyarakat itu dinegaranya, misalnya menindik hidung jadi
populer setelah perjalanan dari India. Saat ini orang melakukan body piercing
dengan berbagai alasan yaitu, untuk: mengespresikan diri lewat seni,
seksualitas, memperlihatkan keberanian, menyesuaikan diri dengan budaya,
pemberontakan terhadap lingkunganya atau terobsesi terhadap rasa sakit yang
ditimbulkan akibat ditindik. Yang popular dikalangan selebriti dan anak muda
adalah tindik, kuping (normal atau dengan banyak anting), hidung, lidah dan
pusar.
Semua karya manusia pasti akan
mengalami perubahan dari waktu kewaktu. karena tidak akan mungkin karya manusia terjadi begitu saja
dan sampai disitu saja. demikian pula halnya dengan karya seni yang dibuat oleh
manusia. Tentunya karya seni akan berawal dari bentuk karya yang paling
sederhana dengan bahan yang sederhana pula. dan karya seni tersebut akan
mengalami perkembangan menjadi lebih baik sesuai dengan jamannya.
Lelaki
Asmat menusuki bagian hidung dengan batang kayu atau tulang belikat babi
sebagai tanda telah memasuki tahap kedewasaan. Pada perkembangan teknologi ada
alat pembuat jarum untuk melubangi
bagian tubuh. Seni tindik pun berkembang dengan adanya alat pembuat tindik yang
semakin berkembang. Tidak sampai disitu. Kini alat tindik lebih praktis
menggunakan tembak. Perkembangan tindik dengan alat tembak agar rasa sakit ketika proses melubangi
bagian tubuh tidak sesakit ketika melubangi dengan cara manual dengan jarum
yang ditusukkan.

Para pelaku piercing terkadang tidak puas dengan satu
tindikan. Elaine Davidson seorang wanita yang lahir dari keturunan Brazil
mempunyai 2500 tindikan internal dan 500 disekitar alat kelamin. Sehingga total
berat tindik yang ia bawa sekitar 3 kg.Hal ini agak berlebihan untuk sebagian
masyarakat. Namun beberapa orang yang menyukai tindik hal itu sangat keren.
Pelaku tindik tersebut mengekspresikan diri dengan menggunakan tubuh sebagai
media seni. Apalgi kemajuan teknologi dengan adanya alat tindik dengan sekali
tembakan akan menciptakan lubang tindik
tanpa merasa sakit.
Sebagian para wanita pelaku piercing melakukannya karena
ingin dianggap cantik. dalam paradigma tradisional, kita melihat kecantikan
dari segi budaya maka definisi kecantikan akan berbeda beda setiap daerahnya
dan setiap definisi memiliki sejarahnya tersendiri. Di indonesia misalnya Suku
Dayak, Dilihat dari penampilan fisiknya. Jika Anda ke pedalaman Kalimantan dan
bertemu dengan wanita yang memiliki telinga dengan ukuran memanjang (ke bawah)
dapat dipastikan dia adalah salah satu dari keturunan bangsawan dan dikenal
cantik di sana. Tujuan pembuatan telinga panjang juga untuk melatih kesabaran
dan juga kecantikan perempuan Dayak. Semakin panjang telinga perempuan Dayak
dia dianggap semakin cantik.
Di China juga memiliki kebudayaan akan kecantikan
yaitu dengan membengkung kaik, hal ini bermula di zaman feudalisme yang
mementingkan status,membengkung kaki adalah satu-satunya lesen untuk wanita
golongan bawahan melompat status dan tanda kecantikan seorang perempuan. Kaki
berbengkung dilihat sebagai simbol kecantikan, kemurniandan sopan santun. Ia
juga menjanjikan jodoh yang baik buat si gadis.
Di thailand kita
mengenal budaya leher jenjang yaitu leher dikaitkan dengan ring sejak usia
belia. S emakin panjang leher maka perempuan dikenal cantik. Paradigma yang terjadi pada kalangan anak muda
pada jaman sekarang juga mengalami anggapan-anggapan bahwa mengenakan tindik
menjadikan seseorang terlihat mempunyai daya tarik tersendiri pada pelaku
tindik. kecantikan begitu mematikan membuat para wanita, dari masa ke masa,
cenderung narsistis, memuja kecantikan tubuh semata. Namun di sisi lain,
kecantikan sendiri telah direduksi oleh kepentingan kapitalisme. Versi dan
defenisi kecantikan yang begitu beragam sesuai kultur yang ada di dunia,
kemudian diperas dalam sebuah definisi yang seragam, versi media massa
terkemuka atau lembaga yang merasa punya wewenang untuk menentukan wanita
tercantik sedunia, seperti Miss World, misalnya.
Jika body piercing dilakukan secara wajar akan
menimbulkan aura kecantikan atau kejantanan bagi pelakunya. Tapi jika dilakukan
terlalu berlebihan, selain merusak tubuhnya tapi juga menimbulkan rasa ngeri
bagi yang melihatnya. Beberapa waktu lalu ada pameran body piercing di Amerika,
diantaranya yang sangat ekstrim. Untuk melihat fotonyapun dibutuhkan keberanian
karena terlalu sadis.
Bagi remaja yang gemar bertindik, sebilangan daripada
mereka melabel ia sebagai seni. Seni yang tidak difahami orang lain dan ia
hanya dilakukan untuk kepuasan sendiri. Tetapi adakah dengan menyakiti badan
boleh memberi kepuasan kepada diri? Pelbagai persoalan, perbincangan dan kajian
dilakukan terhadap isu ini, tetapi yang pasti ia makin dipraktikkan hingga ke
hari ini. Logiknya, menindik terlalu banyak seolah-olah menyeksa jasad sendiri,
namun ia hanyalah pandangan peribadi yang mungkin tidak dipersetujui orang
lain.
Seperti disebutkan pada awalnya, lain orang lain cara
untuk bergaya. Jika pandangan seseorang melihat tindik itu sebagai gaya ‘urban’
dan mempunyai tarikan tersendiri, maka ia dilihat benar bagi kelompok terbabit.
Jangan cuma pentingkan soal gaya dan ketepikan soal risiko yang ada.
Difahamkan berbagai risiko penyakit berbahaya boleh
dijangkiti sekiranya tindik dilakukan secara salah. Akibat penggunaan alat
tindik tidak disteril atau dipakai berkali-kali berupaya mendorong penyakit
menular seperti HIV, Hepatitis B atau C.
Beberapa kesan buruk lain yang boleh terjadi seperti
jangkitan kuman, alahan dan kerosakan saraf. Kemungkinan terjadinya jangkitan
bakteria di tempat tindik adalah tinggi kerana kita tidak tahu sama ada jarum
digunakan disteril ataupun sudah digunakan berkali-kali. Akibat daripada
keinginan untuk tampil moden ini, kita meletakkan diri dalam risiko pelbagai
penyakit.
Hal biasa berlaku adalah jangkitan bakteria
‘staphylococcus aureus’ yang menyebabkan kawasan tubuh ditindik menjadi
bengkak, kemerahan dan bernanah selepas beberapa hari. Hal ini terjadi kerana
alat tindik tidak bersih, malah jangan terkejut kerana ada antara remaja
melakukannya sendiri tanpa perkhidmatan profesional.
Alat yang berkembang pada dunia tindik membantu para
pelaku tindik untuk lebih ekspresif mengekspresikan dirinya menjadikan tubuh
sebagai media utama seni. Perkembangan teknologi itu sendiri juga telah
membantu dalam dunia medis. Teknologi tindik membantu orang-orang yang
menggunakan kursi roda untuk mengendalikan kursi rodanya.
Dikutip dari inilah.com, teknologi baru tindik lidah
dapat membantu orang-orang lumpuh mengendalikan kursi roda yang mereka
gunakan.( Senin, 2 Desember 2013). Anting yang disematkan pada lidah ini
bukanlah anting biasa. Namun anting magnetik yang bertindak sebagai ‘joystick’
yang terhubung langsung dengan chip pengendali kursi roda. Para
penderita kelumpuhan yang menggunakan alat ini, cukup menggerakkan lidah mereka
untuk mengendalikan kursi roda yang mereka pakai.
Tindik
telah mengalami beberapa fungsi seperti,
- tindik
sebagai identitas diri sebagai perempuan
- tindik sebagai perhiasan
- tindik sebagai kesenian untuk berekspresi
- tindik sebagai penanda status sosial didalam
masyarakat
Kini tindik sekali lagi menunjukan eksistensi
dengan fungsi baru yaitu sebagai remot control untuk mengendalikan kursi roda.
Tentu saja perubahan fungsi ini sangat bermanfaat dan berguna bagi orang-orang
yang membutuhkannya. Selain untuk menghias diri dan berekspresi tindik juga
dapat menegendalikan kursi roda tanpa harus bersusah payah menggunakan tangan. Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi perkembangan seni dan
kesenian.
Begitu
juga dengan keadaan masyarakat yang membudaya pada suatu tempat. Budaya
masyarakat akan mempengaruhi kesienian yang terjadi dan diciptakan oleh pelaku
yang tinggal dalam masyarakat tersebut. Para pelaku tindik menindik tubuhnya
karena ingin dianggap menarik. Keinginan tersebut muncul karena pengetahuannya
tentang tindik yang ada didalam budaya masyarakat sekitarnya. Melihat tindik
merupakan sesuatu yang menariik sehingga ia mengira bahwa menindik tubuhnya
merupakan ekspresi dari dirinya untuk menghias diri dan menarik perhatian.
Penutup
Tindik telah dikenal telah ada pada
jaman nabi Ibrahim, hingga upacara adat suku di Indonesia. Tindik tubuh merupakan fenomena seni yang
yang menjadikan tubuh sebagai media kesenian. Praktek menindik tubuh ini mulai
disukai dan berkembang luas setelah perang dunia kedua. Praktek body piercing
di Eropa dan Amerika terjadi setelah para turis pulang dari perjalanan kebenua
lain dan menyebarkan budaya masyarakat itu dinegaranya. teknologi tindik juga
semakin berkembang.dahulu suku Asmat melakukan tindik dengan menusuki bagian
hidung dengan batang kayu atau tulang belikat babi sebagai tanda telah memasuki
tahap kedewasaan. Kemudian dengan perkembangan teknologi, jarum digunakan oleh
pelaku tindik sebagai alat pembuat lubang pada bagian tubuh. Kini alat tindik
lebih praktis menggunakan tembak. Perkembangan tindik dengan alat tembak agar rasa sakit ketika proses melubangi
bagian tubuh tidak sesakit ketika melubangi dengan cara manual dengan jarum
yang ditusukkan. seni tindik pun berkembang seiring ilmu pengetahuan dan
teknologi. semakin canggih kini perkembangan teknologi tindik itu sendiri juga
telah membantu dalam dunia medis. Teknologi tindik membantu orang-orang yang
menggunakan kursi roda untuk mengendalikan kursi rodanya. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mempengaruhi perkembangan seni dan kesenian.
Daftar
Pustaka
Adib, Ahmad., Saddhono, Kundaru. PhD, 2013, “Paradigma
Budaya Islam Jawa Dalam Grebeg Maulud Kraton Surakarta”. Alqalam Jurnal Kajian Keislaman. Volume 30, No.2.
Rahim, M. A. PhD. Agustus 2009. “Seni Dalam Antropologi
Seni”. Imaji. Volume 5. No. 2
Solikhin, Muhammad.
2010. Ritual & Tradisi Adat Islam
Jawa. Narasi: Yogyakarta.
Sardiman. 2007.
Sejarah 1 SMA kelas X. Yudhistira: Jakarta.
Widianto, Sigit., et
al. 2007. Wahana Ilmu Pengetahuan Sosial.
Yudhistira: Jakarta.
https://roythaniago.wordpress.com/2010/07/27/paradigma-antropologi-budaya/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar